Skip to main content

Bank Sampah Induk Surabaya Mengajak Warga dan Anak Sekolah untuk Peduli Lingkungan dan Mengubah Sampah Menjadi Rupiah.


Surabaya, On The News – Bank Sampah Induk Surabaya, kembali mengajak warga dan anak sekolah untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Program menabung sampah yang dapat ditukarkan rupiah ini merupakan solusi bagi warga Surabaya. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, serta memberikan manfaat ekonomi bagi warga.
    Dalam kegiatan menabung sampah, Bank Sampah Induk Surabaya bekerja sama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Melalui program ini, warga diajak untuk membawa sampah yang sudah dipilah ke bank sampah untuk ditimbang dan dinilai. Sampah yang memiliki nilai ekonomi, seperti kertas, plastik, dan logam, dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.
    Antusiasme warga dan siswa sekolah terhadap program ini terlihat dari banyaknya partisipan yang hadir dan membawa sampah untuk ditukarkan. Salah satu warga, Bapak Steven, mengaku senang dengan adanya program ini.
Selain bisa menjaga kebersihan lingkungan, saya juga bisa mendapatkan tambahan penghasilan Rp.200.000 / bulan, dari sampah yang selama ini hanya saya buang begitu saja, ungkap Bapak Steven.
    Kegiatan menabung sampah juga melibatkan siswa dari berbagai sekolah di Surabaya yang diajak untuk berpartisipasi dalam event “Earth Day”. acara ini diharapkan dapat menanamkan kebiasaan memilah sampah sejak dini serta memberikan pemahaman tentang pentingnya daur ulang. Selain acara tersebut, terdapat juga sesi edukasi yang diisi oleh aktivis lingkungan yang memberikan informasi tentang dampak buruk sampah plastik terhadap lingkungan.


    Guru pendamping OSIS Sekolah Gloria, Ibu Febby, turut memberikan ajakan kepada siswa-siswi untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Mari kita bersama-sama merayakan dan mendukung program ini dengan cara menabung sampah di Bank Sampah Induk Surabaya. Selain membantu menjaga kebersihan lingkungan, kita juga dapat belajar tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan mendapatkan manfaat ekonomi dari sampah yang kita kumpulkan untuk di jadikan uang kegiatan sekolah, kata Ibu Febby

    Selain dari sekolah Gloria juga terdapat dari TK Khadijah, yaitu Ibu Sami, yang ikut meracanakan program bertema "Aku Sayang Bumi".
Program ini mengajarkan anak-anak cara memilah sampah dan membedakan antara sampah organik dan non-organik setelah makan. Melalui program ini kita berharap dapat mengedukasi anak-anak tentang cara menabung sampah untuk diubah menjadi uang.


    Program "Nabung Sampah, Bernilai Rupiah" dari BSIS merupakan langkah maju yang signifikan dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Dengan menggabungkan edukasi, ekonomi, dan partisipasi masyarakat, program ini diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat di Surabaya dan Indonesia secara luas.
    Sekretaris Bank Sampah Induk Surabaya, Nur Ainiyah, menjelaskan bahwa program ini selain bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Kami ingin masyarakat tidak hanya sekedar membuang sampah, tetapi juga mengerti bahwa sampah memiliki nilai ekonomi yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan mereka, ujar Nur.
    Program "Nabung Sampah, Bernilai Rupiah" dari BSIS menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang baik tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kerjasama dari semua pihak, diharapkan program ini dapat terus berkembang dan membawa dampak positif yang signifikan bagi Surabaya dan Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Terbengkalainya 3 Mall di Surabaya

Surabaya - Beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya, yang dulunya menjadi destinasi favorit masyarakat, kini tampak sepi pengunjung. Surabaya Town Square, Marvel City Mall, dan Lenmarc Mall adalah beberapa contoh mal yang kini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Surabaya Town Square, atau yang dikenal dengan sebutan Sutos, pernah menjadi mal paling hits di kalangan anak muda Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, mal ini mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Kondisi ini menyebabkan sejumlah tenant memilih untuk menutup usahanya, sehingga menambah kesan sepi di dalam mal tersebut. Pasangan Grace Lauren dan David James, yang rutin berkunjung ke Sutos, mengungkapkan bahwa mereka ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging memanfaatkan jogging track yang ada. “Kami ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging. Mungkin fasilitasnya bisa diperluas, jogging track-nya dibuat lebih baik lagi, dan tempat ganti juga perlu diperbaiki,” ujar Grace. Marvel City Mall, yan...
  Kisah Edi Riyanto, Polisi Cepek Kostum Bola : Berawal dari hobi berubah jadi inovasi Keisya Natalia Putri Senda - Sabtu, 15 Juni 2024 | 10:36  One The News, Surabaya - Edi Riyanto seorang polisi cepek berpenampilan unik dan nyentrik kerap menampilkan dirinya di depan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sutomo Surabaya dengan menggunakan atribut layaknya pemain sepak bola yang digunakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Julukan polisi cepek ini sendiri diartikan sebagai orang yang membantu orang maupun kendaraan untuk menyebrang jalan dan menertibkan kendaraan saat terjadi kepadatan. Diketahui Edi Riyanto telah menekuni pekerjaannya sebagai polisi cepek sejak tahun 2010 saat musim piala dunia.  Kala itu, Edi Riyanto yang masih bekerja sebagai seorang buruh pabrik mengaku dirinya terinspirasi setelah melihat tayangan sepak bola di musim piala dunia. Kemudian Edi memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi buruh pabrik dan beralih menjadi polisi cepek. Dari situ, Edi mulai me...