Dampak Penggunaan Qris pada PKL di daerah Surabaya
On The News - 03/06/2024, 19:47
Penulis: Gregorius Melandri Oscar Valentino
Surabaya - Di tengah era perkembangan teknologi, pembayaran juga terkena dampaknya. Seperti di Indonesia, pembayaran dengan menggunakan Qris cukup sering digunakan. Bicara tentang pembayaran, tidak jauh dari kata berdagang. Seperti yang terdapat pada beberapa PKL di daerah Surabaya ini, mereka memiliki alasan tersendiri terkait adanya metode pembayaran dengan Qris ini.
Seperti pada pedagang pentol dan es pisang ijo di samping minimarket daerah Dinoyo ini. Roni selaku pedagang pentol merasa banyak pelanggan yang tidak membawa uang tunai, sehingga Qris menjadi pilihan yang praktis baginya yang ingin mengikuti perkembangan zaman.
Dampak yang bisa dirasakan adalah tingkat pendapatan Roni setelah menyediakan Qris. “Dulu pas habis pasang itu, bisa sampai tiga ribuan (penyebutan nominal Rp. 3.000.000) mas”, kata Roni. Saat diperlihatkan aplikasi Qris pada gadget Roni, terlihat pendapatannya yang bisa mencapai 200-300 ribu per hari. Jadi penggunaan Qris ini memberi dampak yang signifikan bagi pendapatan pedagang, yang digabung dengan pendapatan tunai.
“Saya kan dulu gojek terus kenal pegawainya, langsung ditawarin buat Qris pake gopay,” tutur Roni. Pedagang pentol itu menegaskan hanya dalam dua minggu, Qris aplikasi gopay sudah aktif dan bisa digunakan.
Berbanding terbalik dengan Noto, mengaku dirinya lebih nyaman menerima uang secara fisik. “Lebih seneng pake tunai aja mas”, tutur pedagang es pisang ijo itu. Noto tahu mendaftarkan Qris memang tidak ribet, namun karena prinsip yang dipegang teguh membuatnya enggan menggunakannya.
Hal yang serupa kami temukan di Pasar Malam Kodam. Dari beberapa pedagang yang kami telusuri, bisa dihitung dengan jari yang menyediakan pembayaran Qris. Dua pedagang yang berhasil kami wawancarai, menyebutkan penggunaan Qris lebih praktis dan efisien waktu. Namun kendalanya adalah sinyal yang bisa mengganggu proses pembayaran dan berdampak pada antrian pelanggan.
Proses aktivasi yang cepat dan simpel menjadikan alasan pedagang tahu gejrot setuju. Nurmala, salah satu pedagang Pasar Malam Kodam, menceritakan kisah yang sama saat awal ia mengaktifkan Qris. “Dulu anak saya yang ditawari gitu sama orang, terus sampe sekarang ya sing ngurusi anak saya,” tegas Ibu berusia 45 Tahun ini.
Salah satu kelemahan inilah yang menjadi alasan pedagang yang tidak menyediakan Qris. Disamping itu mereka tidak ingin ribet dalam mempelajari skema aplikasi Qris. Inilah yang menjadi salah satu alasan beberapa pedagang belum menggunakan Qris. Lain sisi mereka merasa lebih nyaman saat menggunakan uang tunai.
Sama seperti pedagang, pelanggan juga memiliki alasan tersendiri. Mereka yang menggunakan Qris, merasa lebih efisien dan praktis karena hanya perlu membawa handphone saja. Sementara mereka yang lebih nyaman membawa uang tunai dan tidak suka menyimpan uang di dompet digital, menjadi alasan sampai sekarang tidak menggunakan Qris.
Comments
Post a Comment