Skip to main content

Di balik Selembar Koran



Surabaya - Di tengah hiruk-pikuk kota besar, terdapat sosok yang menginspirasi banyak orang dengan semangat untuk usaha dan kerja keras seorang loper koran yang berjuang demi menyambung hidup. Suliyah Simawati merupakan loper lansia yang berusia 66 tahun, tidak hanya dikenal sebagai penyampai berita dari satu rumah ke rumah lainnya, tetapi juga sebagai penjual penyetan. Kampung Dinoyo Sekolahan gang V menjadi saksi bisu dari betapa keras usaha dan perjuangan Suliyah Simawati (66) untuk bangun pagi dan menjalankan pekerjaannya sebagai loper koran. 


Suliyah Simawati mendahului terbitnya matahari untuk membuka mata. Pada pukul 04.00 pagi, ia sudah bersiap untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Sebagai ibu lansia dengan empat cucu yang tinggal bersamanya dari titipan kedua anaknya, Suliyah tetap penuh semangat. Setelah menyelesaikan pekerjaan sebagai loper koran, ia kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak sebelum mempersiapkan dagangan penyetan yang akan dijualnya di siang hari.


Setiap pagi, Suliyah mengantarkan koran pesanannya dengan mengendarai sepeda motor. Meski sudah tidak berkekurangan dalam hidup karena hasil kerja keras anak-anaknya, ia tetap menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Suliyah, yang telah melewati masa sulit di masa muda, kini tercukupi kebutuhannya. Namun, ia tidak ingin merepotkan anak dan cucunya, meski kehidupannya sudah dicukupi. Suliyah Simawati (24/05/24) mengaku, “berjualan penyetan dan menjadi loper koran adalah salah satu cara baginya untuk tetap aktif dan produktif di usia senja dan saya juga tidak ingin hanya duduk diam di rumah selagi masih kuat, saya ingin tetap bekerja dan berinteraksi dengan banyak orang," ujarnya dengan semangat. 


Melempar setiap koran yang telah dibawanya kepada setiap rumah yang ditujunya adalah hal yang identik sebagai seorang loper koran. Lemparan demi lemparan dilakukan oleh Suliyah Simawati hingga berakhir pada perhentian terakhir di jalan Tumapel warung kopi milik Pak Mir. “Suliyah Simawati itu orangnya sangat pekerja keras dan rajin, bahkan koran pesanannya sudah tersedia di meja sebelum warung kopinya buka” ujar Pak Mir, Jumat (24/05/24). 


Di usia 66 tahun, Suliyah Simawati terlihat bersemangat mengayuh sepeda motornya, menembus kabut pagi sambil tersenyum ramah kepada setiap orang yang ditemuinya. “Bu Suliyah orangnya selalu ringan tangan, suka menolong orang lain, tapi menolak kalau dapat pertolongan dari orang lain” ujar Erlin & Tina (24/05/24). Kebaikan hati dan perjuangan Suliyah Simawati adalah hal yang kerap hilang dan dilupakan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Suliyah Simawati dapat menjadi contoh yang baik dalam hidup kita untuk menjalani dan terus bersyukur atas segala tantangan yang hidup kita hadapi.


Comments

Popular posts from this blog

Terbengkalainya 3 Mall di Surabaya

Surabaya - Beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya, yang dulunya menjadi destinasi favorit masyarakat, kini tampak sepi pengunjung. Surabaya Town Square, Marvel City Mall, dan Lenmarc Mall adalah beberapa contoh mal yang kini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Surabaya Town Square, atau yang dikenal dengan sebutan Sutos, pernah menjadi mal paling hits di kalangan anak muda Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, mal ini mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Kondisi ini menyebabkan sejumlah tenant memilih untuk menutup usahanya, sehingga menambah kesan sepi di dalam mal tersebut. Pasangan Grace Lauren dan David James, yang rutin berkunjung ke Sutos, mengungkapkan bahwa mereka ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging memanfaatkan jogging track yang ada. “Kami ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging. Mungkin fasilitasnya bisa diperluas, jogging track-nya dibuat lebih baik lagi, dan tempat ganti juga perlu diperbaiki,” ujar Grace. Marvel City Mall, yan...
  Kisah Edi Riyanto, Polisi Cepek Kostum Bola : Berawal dari hobi berubah jadi inovasi Keisya Natalia Putri Senda - Sabtu, 15 Juni 2024 | 10:36  One The News, Surabaya - Edi Riyanto seorang polisi cepek berpenampilan unik dan nyentrik kerap menampilkan dirinya di depan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sutomo Surabaya dengan menggunakan atribut layaknya pemain sepak bola yang digunakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Julukan polisi cepek ini sendiri diartikan sebagai orang yang membantu orang maupun kendaraan untuk menyebrang jalan dan menertibkan kendaraan saat terjadi kepadatan. Diketahui Edi Riyanto telah menekuni pekerjaannya sebagai polisi cepek sejak tahun 2010 saat musim piala dunia.  Kala itu, Edi Riyanto yang masih bekerja sebagai seorang buruh pabrik mengaku dirinya terinspirasi setelah melihat tayangan sepak bola di musim piala dunia. Kemudian Edi memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi buruh pabrik dan beralih menjadi polisi cepek. Dari situ, Edi mulai me...
  Kehebohan Surabaya Vaganza 2024 : Pawai yang ditunggu-tunggu Keisya Natalia Putri Senda - Rabu, 12 Juni 2024 | 19:30 WIB On The News, SURABAYA -  Menjelang acara Surabaya Vaganza yang jatuh di tanggal 26 Juni 2024 tampak sejumlah pawai yang turut meriahkan hari ulang tahun kota Surabaya ke-731. Unik, nyentrik, jenaka menjadi ciri khas pawai dalam acara ini. Sejumlah perusahaan dan universitas menampilkan acara pawai dengan kendaraan berhiaskan bunga aneka warna, peraga busana dengan tampilannya yang heboh, dan penampilan parade drumband dari Politeknik Pelayaran Surabaya (PP). Pawai ini digelar mulai pukul 13.00 WIB bermula dari Jalan Gubernur Suryo melintas sampai ke jalan Tunjungan dengan diiringi oleh musik kencang di setiap kendaraan pawai.  Seperti tahun sebelumnya, Surabaya Vaganza tak pernah lepas dari pameran pawai yang meriah hingga akhirnya menjadi simbolik utama di setiap acara Surabaya Vaganza. Tak heran jika di setiap acara Surabaya Vaganza selalu ada pawai...