Skip to main content

Gencar Razia, Ekonomi Pengrajin Aftermarket Terhambat


 SURABAYA, ON THE NEWS - Razia yang terus dilakukan oleh pihak kepolisian berdampak pada sepinya pengunjung. Pedagang knalpot di Jalan Tidar Surabaya yang telah aktif selama puluhan tahun terpaksa menghadapi penurunan pendapatan yang cukup drastis. Meski mengalami kerugian, mau tidak mau bengkel tetap harus beroperasi. Bagi pedagang yang menyewa tempat, berbagai alternatif dilakukan agar dapat membayar sewa.

Salah satu pemilik bengkel, Mohammad Ridwan, menyatakan ekonominya hancur, dirinya terpaksa memberhentikan kedua pekerjanya karena sulitnya ekonomi. Pelanggan yang takut membuat bengkel menjadi sepi, bahkan dalam satu hari belum tentu ada pemasukan. Ridwan menganggap bahwa pengrajin knalpot merupakan kesenian yang harus dikembangkan bukan dihambat.

“Dulu lumayan sehari dapat 800.000, sekarang ekonomi hancur, ini aja belum ada pelanggan sama sekali. Dulu punya 4 karyawan sekarang tinggal 2. Padahal kan gini ini seni, kerajinan harus dikembangkan. Rakyatnya didukung,” ungkap Ridwan saat ditemui di bengkel miliknya.

Ridwan juga menyebutkan bahwa biasanya ada 1 atau 2 pelanggan yang datang hanya untuk memperbaiki knalpot, sedangkan harga perbaikan dan modifikasi berbeda jauh. Tidak ada lagi pelanggan yang memesan knalpot custom, sehingga pendapatan menjadi menurun.

“Orang datang ya benerin aja, memperbaiki, ya jagain orang yang rusak-rusak gitu tok. Dulu bisa bikin sendiri, kalau sekarang ekonomi kayak gini siapa mau bikin. Sulitlah kalau laku knalpot yang leasing-leasing gitu.” lanjut Ridwan menjelaskan.

Jatmoko, pemilik bengkel Antok penyedia modifikasi knalpot aftermarket juga merasakan dampak yang sama dari gencarnya razia. Penghasilan yang biasanya mencapai 500.000 hingga diatas 1.000.000 setiap harinya, menjadi menurun.

“Dulu rame, tapi sekarang ada larangan gak boleh brong, gak boleh keras-keras jadi agak sepi peminatnya. Apalagi saya bikin sendiri klien minta apa saya buat, semenjak ada larangan kerasa sepinya.” ungkap Moko saat ditemui tim redaksi.


 Tahun baru yang dipastikan ramai peminat, tidak lagi menerima pelanggan. Anak-anak muda yang menjadi sasaran penjualan mulai menurun akibat larangan knalpot aftermarket. “Tahun baru biasanya pasti ramai, sekarang sepi soalnya dilarang itu. Jadi gak masa-masanya sekarang itu, sama saja.” lanjut Moko.

Pedagang lainnya, Subroto, juga mengungkapkan pendapatannya dalam sehari mencapai 500.000. Namun sejak adanya larangan knalpot, pendapatannya semakin menurun.

“Tahun baru itu panen, anak-anak muda minta brong. Buat bisa, masang bisa. Sekarang kebanyakan yang dateng knalpotnya bocor, bapak-bapak. Ini aja belum ada sama sekali.” jelas Subroto di bengkel Tojoyo miliknya.

Tujuan utama penggantian knalpot adalah untuk peningkatan performa. Meski dilakukan untuk tujuan keselamatan, disisi lain penilangan pengguna knalpot aftermarket merugikan puluhan pengrajin. Para pemilik bengkel berharap agar pihak berwenang lebih memperhatikan kepentingan masyarakat kecil.

Comments

Popular posts from this blog

Terbengkalainya 3 Mall di Surabaya

Surabaya - Beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya, yang dulunya menjadi destinasi favorit masyarakat, kini tampak sepi pengunjung. Surabaya Town Square, Marvel City Mall, dan Lenmarc Mall adalah beberapa contoh mal yang kini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Surabaya Town Square, atau yang dikenal dengan sebutan Sutos, pernah menjadi mal paling hits di kalangan anak muda Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, mal ini mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Kondisi ini menyebabkan sejumlah tenant memilih untuk menutup usahanya, sehingga menambah kesan sepi di dalam mal tersebut. Pasangan Grace Lauren dan David James, yang rutin berkunjung ke Sutos, mengungkapkan bahwa mereka ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging memanfaatkan jogging track yang ada. “Kami ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging. Mungkin fasilitasnya bisa diperluas, jogging track-nya dibuat lebih baik lagi, dan tempat ganti juga perlu diperbaiki,” ujar Grace. Marvel City Mall, yan...

Bank Sampah Induk Surabaya Mengajak Warga dan Anak Sekolah untuk Peduli Lingkungan dan Mengubah Sampah Menjadi Rupiah.

Surabaya, On The News – Bank Sampah Induk Surabaya, kembali mengajak warga dan anak sekolah untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Program menabung sampah yang dapat ditukarkan rupiah ini merupakan solusi bagi warga Surabaya. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, serta memberikan manfaat ekonomi bagi warga.      Dalam kegiatan menabung sampah, Bank Sampah Induk Surabaya bekerja sama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Melalui program ini, warga diajak untuk membawa sampah yang sudah dipilah ke bank sampah untuk ditimbang dan dinilai. Sampah yang memiliki nilai ekonomi, seperti kertas, plastik, dan logam, dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.      Antusiasme warga dan siswa sekolah terhadap program ini terlihat dari banyaknya partisipan yang hadir dan membawa sampah untuk ditukarkan. Sa...
  Kisah Edi Riyanto, Polisi Cepek Kostum Bola : Berawal dari hobi berubah jadi inovasi Keisya Natalia Putri Senda - Sabtu, 15 Juni 2024 | 10:36  One The News, Surabaya - Edi Riyanto seorang polisi cepek berpenampilan unik dan nyentrik kerap menampilkan dirinya di depan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sutomo Surabaya dengan menggunakan atribut layaknya pemain sepak bola yang digunakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Julukan polisi cepek ini sendiri diartikan sebagai orang yang membantu orang maupun kendaraan untuk menyebrang jalan dan menertibkan kendaraan saat terjadi kepadatan. Diketahui Edi Riyanto telah menekuni pekerjaannya sebagai polisi cepek sejak tahun 2010 saat musim piala dunia.  Kala itu, Edi Riyanto yang masih bekerja sebagai seorang buruh pabrik mengaku dirinya terinspirasi setelah melihat tayangan sepak bola di musim piala dunia. Kemudian Edi memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi buruh pabrik dan beralih menjadi polisi cepek. Dari situ, Edi mulai me...