Skip to main content

 

Kisah Edi Riyanto, Polisi Cepek Kostum Bola : Berawal dari hobi berubah jadi inovasi


Keisya Natalia Putri Senda - Sabtu, 15 Juni 2024 | 10:36 



One The News, Surabaya - Edi Riyanto seorang polisi cepek berpenampilan unik dan nyentrik kerap menampilkan dirinya di depan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sutomo Surabaya dengan menggunakan atribut layaknya pemain sepak bola yang digunakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Julukan polisi cepek ini sendiri diartikan sebagai orang yang membantu orang maupun kendaraan untuk menyebrang jalan dan menertibkan kendaraan saat terjadi kepadatan. Diketahui Edi Riyanto telah menekuni pekerjaannya sebagai polisi cepek sejak tahun 2010 saat musim piala dunia. 


Kala itu, Edi Riyanto yang masih bekerja sebagai seorang buruh pabrik mengaku dirinya terinspirasi setelah melihat tayangan sepak bola di musim piala dunia. Kemudian Edi memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi buruh pabrik dan beralih menjadi polisi cepek. Dari situ, Edi mulai merangkai berbagai properti yang akan digunakannya untuk memulai pekerjaannya yang baru. Terhitung sudah mencapai 90 kostum yang dimiliki Edi di lemarinya. Masing-masing kostum berasal dari tim sepak bola yang berbeda-beda. 


“Ini ada yang punyanya MU, Chelsea. Terus ini ada juga punyanya Persebaya. Tim bola favorit saya.” Ucap Edi


Awal sebelum Edi terjun menjadi seorang polisi cepek, Edi sempat menuturkan bahwa dirinya dahulu kerap bermain sepak bola bersama teman-temannya. Dirinya mengakui bahwa dengan bermain bola mampu memberikan ketenangan dan juga relaksasi selepas melampaui aktivitas yang panjang. Tak disangka, dari hobinya tersebut Edi termotivasi oleh sebuah ide yang cemerlang. Hal tersebut membawa Edi ke sebuah keberuntungan yang menjadikannya peluang baik untuk membentuk identitas Edi yang iconic seperti sekarang. 


“Awalnya kan saya suka tuh main bola sama temen-temen. Terus pas musim bola, saya kepikiran gimana kalau saya pakai kostum bola saja saat melakukan pekerjaan? Karna kan saya rasa belum ada satupun ya yang jadi polisi cepek pakai kostum bola! Kayaknya baru saya saja deh.” Ungkap Edi 


Karena kreativitasnya tersebut, saat ini Edi menjadi seorang polisi cepek yang iconic di Surabaya. Dirinya kerap kali mencuri perhatian ketika sedang melakukan pekerjaannya sebagai seorang polisi cepek menggunakan kostum bola. Tak sedikit banyak orang yang memotret dan juga takjub dengan kreativitas Edi. 


Walaupun harus menyebrang dari kota wali ke kota pahlawan dengan jarak tempuh 2 jam, tak membuat Edi merasa kewalahan. Setelah shalat subuh, Edi berangkat menuju ke Surabaya dan kembali saat petang menjelang maghrib. Dirinya merasa menikmati perjalanan yang begitu tenang setelah dihadapkan oleh pemandangan matahari terbit yang indah dan juga matahari terbenam yang tampak begitu cantik. 


Di umurnya yang sudah terbilang memasuki masa lansia, tak membuat Edi sedikitpun menyerah. Dirinya selalu bersemangat dalam melakukan pekerjaannya. Semuanya itu dilakukan Edi selain untuk sekedar hobi, Edi juga melakukannya untuk membantu sedikit demi sedikit perekonomian keluarganya. Walaupun penghasilan tidak didapatnya begitu besar, namun Edi dan keluarga tetap bersyukur, lantaran mendapati Edi masih terlihat segar dan bugar. 


“Kalau untuk penghasilan tidak menentu, banyak-banyaknya kadang bisa lebih dari Rp 100.000 gitu. Itu kalau dijumlah dari tiap harinya. Karna kan orang biasanya ngasih Rp 500, Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000! Jadi ya tidak bisa dipastikan. Sama tergantung banyak orang yang lewat juga sih. Kalau yang lewat banyak, ya pasti dapetnya juga banyak. Tapi kalau sedikit, ya pasti dapetnya lumayan.” Ungkap Edi


Saat ini, Edi masih menekuni profesinya menjadi seorang polisi cepek berkostum bola. Dirinya kerap tampil sebagai penyebrang jalan bagi orang-orang yang berada di sekitaran RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 

Comments

Popular posts from this blog

Terbengkalainya 3 Mall di Surabaya

Surabaya - Beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya, yang dulunya menjadi destinasi favorit masyarakat, kini tampak sepi pengunjung. Surabaya Town Square, Marvel City Mall, dan Lenmarc Mall adalah beberapa contoh mal yang kini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Surabaya Town Square, atau yang dikenal dengan sebutan Sutos, pernah menjadi mal paling hits di kalangan anak muda Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, mal ini mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Kondisi ini menyebabkan sejumlah tenant memilih untuk menutup usahanya, sehingga menambah kesan sepi di dalam mal tersebut. Pasangan Grace Lauren dan David James, yang rutin berkunjung ke Sutos, mengungkapkan bahwa mereka ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging memanfaatkan jogging track yang ada. “Kami ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging. Mungkin fasilitasnya bisa diperluas, jogging track-nya dibuat lebih baik lagi, dan tempat ganti juga perlu diperbaiki,” ujar Grace. Marvel City Mall, yan...

Bank Sampah Induk Surabaya Mengajak Warga dan Anak Sekolah untuk Peduli Lingkungan dan Mengubah Sampah Menjadi Rupiah.

Surabaya, On The News – Bank Sampah Induk Surabaya, kembali mengajak warga dan anak sekolah untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Program menabung sampah yang dapat ditukarkan rupiah ini merupakan solusi bagi warga Surabaya. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, serta memberikan manfaat ekonomi bagi warga.      Dalam kegiatan menabung sampah, Bank Sampah Induk Surabaya bekerja sama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Melalui program ini, warga diajak untuk membawa sampah yang sudah dipilah ke bank sampah untuk ditimbang dan dinilai. Sampah yang memiliki nilai ekonomi, seperti kertas, plastik, dan logam, dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.      Antusiasme warga dan siswa sekolah terhadap program ini terlihat dari banyaknya partisipan yang hadir dan membawa sampah untuk ditukarkan. Sa...