Skip to main content

Kontroversi Jembatan THP Kenjeran, Hambat Nelayan dan Dugaan Korupsi Tunjangan Pemerintah


Nelayan Kenjeran saat menceritakan jembatan penghubung THP Kenjeran (Dok. Stephania Arolly/On The News)

Surabaya, On The News
– Kontroversi pembangunan jembatan penghubung Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran oleh Pemerintah Kota Surabaya telah menghambat aktivitas nelayan di Kampung Kenjeran selama dua tahun terakhir. Rencana peningkatan infrastruktur ini akan dilanjutkan kembali pada akhir tahun 2024. Namun, proyek yang diharapkan meningkatkan daya tarik pariwisata ini, justru dikhawatirkan akan kembali menyulitkan nelayan dalam mencari nafkah.

Kesulitan Nelayan

Kepada Tim On The News saat Selasa (11/06/2024) beberapa nelayan menyatakan bahwa, dua tahun lalu akses ke area tangkapan ikan mereka terbatas akibat pembangunan jembatan. Wilayah perairan yang biasa mereka gunakan untuk mencari ikan sebagian tertutup oleh struktur jembatan yang sedang dibangun. Selain itu, lumpur dari dasar laut Kenjeran yang meluap akibat pembangunan menyebabkan nelayan kesulitan menangkap ikan, khususnya ikan Lorjuk. "Kami jadi sulit cari ikan karena area tangkapan kami terbatas. Jembatan ini menghambat kami mencari nafkah," ungkap Masruhin, seorang nelayan Kenjeran.

Korupsi Tunjangan Nelayan

Pemerintah Kota Surabaya menyatakan telah menyediakan tunjangan bagi nelayan yang terdampak sebesar dua juta lima ratus ribu rupiah setiap bulan. Tunjangan ini seharusnya diterima selama masa pembangunan jembatan penghubung THP Kenjeran. Namun, beberapa nelayan di Pantai Kenjeran mengaku hanya menerima tunjangan sebesar lima ratus ribu rupiah setiap bulan, dan beberapa lainnya menyatakan tidak pernah menerima sepeser pun. Diduga terjadi korupsi dalam penyaluran bantuan tersebut oleh oknum pemerintah. 

“Kami belum pernah menerima tunjangan apa pun dari pemerintah. Entah ke mana uangnya,” keluh Adul, nelayan Kenjeran.

“Kalau jembatan kemarin itu, kami hanya menerima lima ratus ribu setiap bulan,” tambah Masruhin.

Ketimpangan tunjangan yang diterima antar nelayan ini menimbulkan banyak pertanyaan. Para nelayan sangat menyayangkan hal ini, mengingat pembangunan infrastruktur sebelumnya berlangsung lebih lama dari jadwal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. “Katanya dulu cuma dua tahun, tapi molor sampai empat tahun,” ujar Masruhin. Pemerintah Kota Surabaya belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini. Masyarakat berharap pemerintah memikirkan kesejahteraan nelayan Kenjeran. Mereka berharap sebelum melanjutkan pembangunan jembatan penghubung THP Kenjeran akhir tahun ini, khususnya kejelasan terkait sistem pemberian tunjangan kepada nelayan.

Penulis: Keisha

Editor: Keisha

Comments

Popular posts from this blog

Terbengkalainya 3 Mall di Surabaya

Surabaya - Beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya, yang dulunya menjadi destinasi favorit masyarakat, kini tampak sepi pengunjung. Surabaya Town Square, Marvel City Mall, dan Lenmarc Mall adalah beberapa contoh mal yang kini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Surabaya Town Square, atau yang dikenal dengan sebutan Sutos, pernah menjadi mal paling hits di kalangan anak muda Surabaya. Namun, seiring berjalannya waktu, mal ini mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Kondisi ini menyebabkan sejumlah tenant memilih untuk menutup usahanya, sehingga menambah kesan sepi di dalam mal tersebut. Pasangan Grace Lauren dan David James, yang rutin berkunjung ke Sutos, mengungkapkan bahwa mereka ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging memanfaatkan jogging track yang ada. “Kami ke Sutos seminggu dua kali hanya untuk jogging. Mungkin fasilitasnya bisa diperluas, jogging track-nya dibuat lebih baik lagi, dan tempat ganti juga perlu diperbaiki,” ujar Grace. Marvel City Mall, yan...

Bank Sampah Induk Surabaya Mengajak Warga dan Anak Sekolah untuk Peduli Lingkungan dan Mengubah Sampah Menjadi Rupiah.

Surabaya, On The News – Bank Sampah Induk Surabaya, kembali mengajak warga dan anak sekolah untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Program menabung sampah yang dapat ditukarkan rupiah ini merupakan solusi bagi warga Surabaya. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, serta memberikan manfaat ekonomi bagi warga.      Dalam kegiatan menabung sampah, Bank Sampah Induk Surabaya bekerja sama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya memilah sampah sejak dari rumah. Melalui program ini, warga diajak untuk membawa sampah yang sudah dipilah ke bank sampah untuk ditimbang dan dinilai. Sampah yang memiliki nilai ekonomi, seperti kertas, plastik, dan logam, dapat ditukarkan dengan sejumlah uang.      Antusiasme warga dan siswa sekolah terhadap program ini terlihat dari banyaknya partisipan yang hadir dan membawa sampah untuk ditukarkan. Sa...
  Kisah Edi Riyanto, Polisi Cepek Kostum Bola : Berawal dari hobi berubah jadi inovasi Keisya Natalia Putri Senda - Sabtu, 15 Juni 2024 | 10:36  One The News, Surabaya - Edi Riyanto seorang polisi cepek berpenampilan unik dan nyentrik kerap menampilkan dirinya di depan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Sutomo Surabaya dengan menggunakan atribut layaknya pemain sepak bola yang digunakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Julukan polisi cepek ini sendiri diartikan sebagai orang yang membantu orang maupun kendaraan untuk menyebrang jalan dan menertibkan kendaraan saat terjadi kepadatan. Diketahui Edi Riyanto telah menekuni pekerjaannya sebagai polisi cepek sejak tahun 2010 saat musim piala dunia.  Kala itu, Edi Riyanto yang masih bekerja sebagai seorang buruh pabrik mengaku dirinya terinspirasi setelah melihat tayangan sepak bola di musim piala dunia. Kemudian Edi memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi buruh pabrik dan beralih menjadi polisi cepek. Dari situ, Edi mulai me...