Sidoarjo - Pembangunan flyover di Jalan Raya Bandara Juanda mengakibatkan sejumlah pedagang mengalami sepi pengunjung yang berujung pada berkurangnya pendapatan.
Sejumlah pedagang mengeluhkan pendapatan mereka yang berkurang semenjak adanya pembangunan flyover. Muhamad Didik (42) mengatakan bahwa omzet yang diterima berkurang hingga 60% semenjak dibangunnya flyover Juanda.
“Sangat berpengaruh ya, turun sampai 60%. Kebanyakan pelanggan kita yang dari Sidoarjo hampir gak bisa masuk sini, langsung naik ke sini. Sedangkan yang dari Surabaya kan nggak lewat sini, jadi muternya ke atas juga,” ujarnya pada Sabtu, 31 Mei 2024.
Para pedagang juga mengeluhkan tidak ada upaya dari dinas terkait untuk membantu mereka terhadap dampak pembangunan flyover. Darno (62) mengatakan bahwa warung yang Ia miliki harus dibongkar beberapa meter untuk keperluan trotoar dan jalan. Hal ini mengakibatkan Ia hanya bisa melayani 15 orang yang dari awalnya muat 25 hingga 30 orang. Beliau juga mengatakan bahwa tidak ada biaya ganti rugi atas lahannya yang digunakan.
“Kalau penghasilan satu malam dapat siji setengah, sekarang tinggal 600, 500 satu malam. Jadi biaya operasi pas-pas an. Ini dibongkar, dulu kan sampai sana, sama sekali tidak ada bantuan sepeser pun,” ujar Darno
Flyover Juanda adalah proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengurai simpul kemacetan akibat pertemuan lalu lintas di simpang tiga Bangah-Aloha. Dengan adanya flyover Juanda, diharapkan arus lalu lintas di perlintasan sebidang rel kereta api yang berada di Jalan Akses menuju Bandara Juanda akan lebih lancar. Flyover ini telah dimulai sejak tanggal kontrak 1 November 2022 dan saat ini per 2024 sudah bisa digunakan oleh pengendara.
Namun demikian, para pedagang maupun pembeli warung makan sekitar flyover mengeluhkan dampak negatif dari pembangunan ini. Banyak warung yang mengalami penurunan jumlah pelanggan, karena akses yang sulit dan lahan parkir yang terbatas. Beberapa pengunjung menyatakan bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan situasi baru ini, dan juga beberapa pedagang yang menerima hal ini tetapi berharap ada solusi jangka panjang dari pemerintah.
Salah satu pembeli di warung setempat, Helga (36) mengatakan bahwa ia sangat senang makan di warung sekitar Jalan Raya Bandara Juanda karena harga yang murah dan suasananya yang enak. Namun dengan adanya pembangunan flyover yang kini sudah rampung, ia harus melakukan perjalan putar balik yang lebih jauh untuk bisa makan di tempat itu.
“Suasananya enak apalagi pas malam hari. Karena adanya flyover ini, teman-teman saya ada yang mengeluh juga karena harus putar balik jauh. Kalau mau lewat trotoar kan nggak boleh juga. Apalagi kalau merepet-repet jalan kan kasian pengguna jalan lain nanti kecelakan kita sendiri yang rugi. Kalau nggak pingin putar balik ya cari tempat lain.” ujar Helga.
Kendati flyover ini telah membawa manfaat besar bagi pengendara dengan mengurangi kemacetan, dampak sosial-ekonomi bagi warga sekitar, khususnya para pedagang, tidak boleh diabaikan. Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan bantuan atau solusi yang tepat bagi para pedagang yang terdampak pembangunan ini.
Secara keseluruhan, flyover Juanda merupakan langkah maju dalam pembangunan infrastruktur Sidoarjo, namun keseimbangan antara pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar harus tetap dijaga. Solusi terbaik adalah dengan tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi komunitas setempat.
Comments
Post a Comment