Pemkot Surabaya Buat Proyek Mangkrak, Warga Jadi Resah
Proyek Mangkrak dari perbaikan gorong-gorong di Jalan Ngagel Rejo Utara, Surabaya. Selasa (4/06), (Foto: Cornelia)
Surabaya, WM News - Proyek gorong-gorong yang tak kunjung usai dan berujung menjadi keresahan warga. tepatnya di Jl. Ngagel Rejo Utara, Kecamatan Wonokromo Surabaya. Sekitar 2 bulan lebih proyek dilaksanakan tepatnya pada tanggal 4 April 2024 hingga memasuki awal Juni 2024 tetap tidak kunjung usai, berbagai keluhan warga mengenai adanya proyek ini yang berdampak dengan kegiatan sehari-hari.
Proyek perbaikan gorong-gorong ini ditargetkan selesai pada akhir Juni dengan tujuan untuk meningkatkan infrastruktur dan pemakaian dana APBD kota secara efektif, ungkap Phinta Mutiara (24) Asisten resmi Eri Cahyadi. “Pemakaian APBD secara efektif ini juga berhubungan dengan turunnya APBD untuk tahun berikutnya jadi ya biar tahun depan dana APBD untuk perbaikan ini akan tetap turun dengan jumlah sama atau meningkat sesuai dengan kebutuhan pembangunan kota.”, lanjut Phinta.
Beberapa warga yang telah tim jumpai menyatakan senang dengan adanya aksi pembangunan ini untuk kepentingan dan kenyaman warga sendiri tetapi ada juga keluhan mengenai jalannya proyek yang terhenti dan menjadi tidak kunjung usai, “Udah sebulanan ini proyeknya ga ada lanjutannya, dibiarkan mangkrak, nah debunya ini bikin sakit mata apalagi masuk-masuk ke toko jadi debuan semua dagangannya, udah 3 kali ini saya bersihkan ya balik debuan lagi.” Ungkapan Sri Wahyuni (52) pemilik toko plastik dan perabotan.
Selain itu proyek ini juga berdampak pada pedagang kaki lima (PKL) juga sangat menghambat bisnisnya karena susahnya akses calon pelanggan untuk berhenti serta tempat berjualan yang harus berpindah pindah akibat adanya galian. “ya jualan saya jadi menurun karena orang mikirnya buahnya pada kena debu, walau udah saya tutup dengan plastik sebenernya, apalagi saya mesti pindah-pindah soalnya ada galian ini.” Keluhan pak Irfan Hafidh (57) pedagang buah PKL.
Phinta juga menyatakan bahwa pemerintah pasti memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu mengenai perkiraan durasi perbaikan proyek melalui RT, RW setempat.
Menurut Rani (30) salah satu warga sekitar yang turut terganggu dengan durasi proyek penggalian gorong-gorong tersebut, Rani pun juga merasakan keresahan akibat adanya akses yang sulit menuju rumahnya serta debu yang masuk kedalam rumah. “Apa lagi saya punya bayi ya jadi dampak debunya ini yang saya khawatirkan apa lagi proyeknya ini kita ga tau sampai kapan selesainya.”, tambahnya. Sehingga dapat dilihat bahwa penyampaian pemberitahuan proyek ini tidak berjalan efektif karena masih ada beberapa warga yang mengaku mereka belum tahu mengenai durasi proyek tersebut.
beberapa warga menyebutkan banyak pemilik toko atau rumah yang bahkan membenahi jalannya sendiri untuk akses keluar masuk karena tidak ada pertanggung jawaban atau bantuan dari petugas proyek untuk membenahi jalan tersebut. Sri Wahyuni juga sempat mengungkapkan keinginannya untuk mengunggah keadaan dari proyek ke akun media sosialnya, karena ia pernah menyampaikan keluhannya pada RT setempat tapi belum ada tanggapan. “Ya menurut saya seharusnya pemerintah itu bangunnya satu-satu biar fokus dan bisa terselesaikan, tidak seperti ini lompat-lompat jadi malah mangkrak.”, keluh Sri Wahyuni.
“Banyak juga yang DM ke akun Instagram pak Eri ngomel tentang banyak hal, tetapi kalau memang tingkat permasalahannya tidak terlalu ramai ya kita prioritaskan yang lebih berskala serius.”, ungkap Phinta. Ini menjadi salah satu sorotan tentang pemerintah, mengenai bagaimana pemerintah menanggapi permasalahan berdasarkan yang sedang ramai atau bahkan viral, sehingga bila dirasa hal tersebut belum terlalu ramai maka pemerintah akan memprioritaskan permasalahan yang menurut mereka lebih serius.
Permasalahan dampak dari mangkraknya proyek perbaikan gorong-gorong ini menjadi tidak adanya tanggapan dari pemerintah, yang sebenarnya ini sangat mengganggu kegiatan perekonomian serta kesehatan warga.
Comments
Post a Comment