Surabaya, On The News –Di tengah kerasnya kehidupan di lautan, ada seorang nelayan yang mampu bertahan menantang resiko besar ombak laut demi mencari rejeki dan sesuap nasi. Namanya Pak Masruhin, seorang nelayan usia 56 tahun yang tinggal di pesisir Pantai Kenjeran, Surabaya. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ia tetap gigih menjalani profesinya sebagai nelayan karena bentuk tanggung jawab sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya di rumah yaitu istri dan 1 anaknya.
Pak Masruhin mulai mencari nafkah sebagai nelayan tahun 1993. Setiap hari, ia pergi ke laut untuk menangkap ikan dengan jaring di tengah laut menggunakan perahu kecil miliknya hingga tepian juanda. Namun, terkadang cuaca yang tidak bersahabat menjadikan penghasilan Pak Masruhin bergantung pada cuaca juga tinggi rendahnya air laut dan memaksanya untuk bertahan hidup dengan keadaan seperti itu.
"Laut tidak bisa diprediksi kalau dapat ya lumayan bisa untuk makan seminggu tapi kalau ga dapat ya ngga ada" ujar Pak Masruhin
Pak Masruhin tidak pernah menyerah. Ia terus berusaha mencari cara untuk mencari rejeki di tengah kondisi yang bergantung pada air laut Pak Masruhin selalu ingin meningkatkan hasil tangkapannya dalam mencari ikan saat malam hari dengan jaring yang lebih efisien dan hasilnya, ia mampu meningkatkan pendapatannya secara signifikan, lalu siangnya Pak Masruhin menyewakan jasa perahunya untuk para pengunjung THP Kenjeran Surabaya berkeliling melihat bagaimana suasana lautnya.
Lika liku sulitnya mencari rejeki di laut berenang adalah tuntutan seorang nelayan karena hidup berdampingan dengan air laut salah satu hal dasar cara untuk menyelamatkan diri, walaupun Pak Masruhin dapat berenang beliau juga pernah tenggelam saat berlayar karena cuaca yang buruk angin kencang menggunakan perahu layar yang ia miliki untungnya disitu banyak teman teman nelayan seperjuangan yang sedang mencari rejeki juga melihat Pak Masruhin tenggelam lalu segera diselamatkan, hujan badai pun Pak Masruhin lalui dengan jarak pandang terbatas hanya 10-15 meter saja karena mendung gelap dan hujan lebat. Selain itu berhadapan dengan binatang laut yang menyerang seperti ubur ubur juga biasa Pak Masruhin alami sengatan ubur ubur.
“Jari jari ubur ubur jika nempel ke kulit, kulitnya bisa ikut terkelupas dan itu minimal 15 hari baru bisa sembuh rasanya kulit seperti dicubit pindah pindah sekujur tubuh, untuk menghilangkan sakitnya waktu itu minum minuman alkohol karena membutuhkan efek hangat dalam tubuh. Di bawa ke rumah sakit juga belum tahu obat hanya pereda rasa sakit nyeri saja ” ujar Pak Masruhin.
Tidak hanya cuaca serta air laut beliau bergantung namun banyak juga hambatan yang ia alami karena ulah pemerintah akibat pembangunan jembatan dengan jangka waktu selama setahun yang dirasa untuk para nelayan itu cukup lama sehingga menjadi masalah untuk nelayan dalam mencari ikan banyak dampak yang dirasakan seperti naiknya lumpur serta pasir yang banyak, penghasilan menurun karena sumbernya tercemar air menjadi keruh para pencari kerang dan lorjuk sudah tidak bisa lagi bekerja jika ingin mencari kerang atau lorjuk harus ke tengah laut. Pemerintah memberikan dana bantuan namun tidak sesuai dengan yang dikatakan karena banyaknya potongan subsidi seperti petugas kampung dan sebagainya sehingga dana masyarakat yang didapatkan kecil.
Pak masruhin merupakan sosok yang baik menerima dengan ikhlas apapun yang ia alami, tidak pelit untuk membagikan pengalamannya dan membantu nelayan lain untuk mengembangkan usahanya. Berkat kerja keras pak arman kini pak arman dapat menghidupi istri dan anaknya dan bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
Kisah inspiratif Pak Masruhin menunjukkan bahwa dengan kerja keras, kegigihan, dan inovasi, seorang nelayan dapat meraih kesuksesan di tengah tantangan laut yang tak kenal lelah. Semoga kisahnya dapat menjadi motivasi bagi nelayan lain untuk terus mengembangkan usahanya.
Penulis : Luke Devina
Editor : Luke Devina
Comments
Post a Comment